5:16 PM

Scene 0 - it's not about Montague & Capulet

Wajahnya dalam sekali tatap menyuratkan kesan yang jelas-jelas angkuh, ingin mendominasi, Bossy. Matanya tajam menjatuhkan tiap harga diri yang melihatnya, alisnya yang menguatkan kesan "i'm the boss here" , bibir merah muda nya yang tidak pernah melengkung membentuk senyuman tampak membosankan. Tapi bila diperhatikan lebih dalam dan lama tersirat garis yang tiap orang akan sepakat menyetujuinya, dia CANTIK.

Angkuh sudah menjadi bagian dasar dirinya, "angkuh" ada diantara kromosom XX nya, dalam susunan proteinnya, dalam ikatan gennya. Begitu luar biasanya akibat bila seseorang mengetahui dirinya sangat cantik, menjadi angkuh adalah pilihan yang paling mungkin diambil.
Bosan, kata yang mendominasi pikiran si Putri Bulan sekarang ini. menyisir rambut, memandang cermin sudah menjadi kegiatan yang membuatnya menghela nafas.

Bumi adalah tempat macam2 makhluk hidup, makhluk setengah hidup, makhluk tidak hidup. Dianggap jahat oleh sebagian besar orang akan menjadikan makhluk yang hidup menjadi setengah hidup. Makhluk ini bertubuh yang ditutupi oleh bulu abu-abu, moncongnya panjang dan bergigi taring, tapi bila memandang matanya terlihat sangat jernih, seperti ada genangan air yang bening di sana.

Selanjutnya rasa bosan itu pun membuat sang Putri Bulan yang sebelumnya pernah berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah menjejakkan kaki ke Bumi yang dianggap kotor itu memutuskan untuk merelakan mata indahnya yang cantik melihat pemandangan bumi, sekedar menghilangkan bosan, begitu pikirnya.

Sang putri keluar dari persembunyian nya, mulai duduk pada pinggir bulan. Melihat -lihat bumi sambil menghina dan mengumpat setiap penghuninya dapat mengobati sedikit rasa bosannya. Makhluk bumi menurutnya sangat hina, membunuh untuk makan, mencuri untuk makan, merebut untuk makan, bahkan hidup untuk makan.

Di pinggir tebing duduk makhluk setengah hidup itu. menggeliat kedinginan, dingin yang dirasakan akibat penilaian buruk makhluk lain. Setiap nafasnya mengeluarkan asap kesedihan yang tak mampu di ekspresikan oleh wajahnya. Sang putri mengalihkan pandangan ke arah tebing itu, kemudian umpatan dan hinaan pun tak keluar lagi dari mulutnya, hanya diam dan memandang ke arah mata makhluk setengah hidup itu.

0 comments: